Ketika
ikut (bukan ikut-ikutan) buka akun di Facebook,
saya sedikit tercenung ketika sampai dalam tahap menulis ’moto hidup’. Tanpa
berlama-lama saya ketik saja ’belajar hidup lebih jujur’, padahal dalam menjalani hidup ini saya lebih condong
seperti falsafah air saja. Lalu? Ya
’sutralah’ ! tdk perlu dibahas lagi.
Agar
konsekuan terhadap moto hidup (yang sudah kadung diketik, walopun bisa
disunting lagi) semua data ditulis dengan telanjamg. Coba liat nama saya: Ngurah
Windara, iya itulah nama saya. Kalau di KTP ditulis Drs. A.A. Ngurah A.
Windara. Sedangkan Drs, A.A dan A, tidak saya tulis karena itu ‘title yang saya
dapatkan dari garis akademis dan garis kelahiran (nah…, jujur juga terkesan
sombong kan?, saya tdk peduli !) Demikian juga alamat, pekerjaan, pendidikan,
de el el, ditulis dengan apa adanya. Tapi mohon maaf no hape yang jumlahnya 5
(lima) nomor provider tdk saya tulis
ha..ha...), itu khusus buat yang sudah kenal saja. Saya khawatir nanti terlalu
banyak SMS yang nawarin hadiah mobil.
Nah,
itu tadi cuma prolog saja tentang
KEJUJURAN. Catatan ini sengaja saya buat ikut meramaikan tentang ‘isu-isu’
kejujuran yang lagi rame dibicarakan
di media: TV, Koran, Radio sampai medium online.
Contohnya ? Tuntutan kejujuran oleh publik pada ‘kasus besar’ seperti impor daging sapi yang melibatkan
Luthi Hasan, Ahmad Fatanah sampai nyerempet
Menteri Pertanian. Itu yang nasional. Kalau yang lokal? Ada ! Masalah ‘ribut-ribut’
penyalahgunaan dana di PDAM Gianyar dengan tersangka para direkturnya, dan…sampai
nyerempet mantan Bupati Cok Ace.
Ada
kisah lain tentang KEJUJURAN yang akan saya
ceriterakan kepada Anda.
Suatu
pagi, saya bincang-bincang sama Bos saya di kantor bersama seorang karyawan
lain yang bau nafasnya kurang sedap, karena bau rokok yang telah melewati
ambang batas, menembus setiap sudut-sudut ruang dan telah mencemari segarnya
taman di depan kantor kami (ini mah lebay ya…?)
“Dul….”,
suara Si Bos tiba-tiba menghentak
beningnya pagi
“Iya
Babe !”, tanggap Dul, seraya tergopoh-gopoh meninggalkan pekerjaan nyiram tanaman, menghampiri Bos.
“
Sekarang saya sudah siap kalau kamu tidak suka sama saya, karena saya ingin
menyampaikan kejujuran sama kamu”, lanjut Bos sambil memandangi Dul
“
Iya ..Babe”, wajah Dul keliatan bingung, mencoba-coba nebak arah pembicaraan Si
Bos.
“Ketahuilah
wahai Dul, saya begitu banyak terima komplain dari teman-temanmu, mereka
komplain karena bau nafasmu yang tidak
sedap, mereka ngadu ke saya bukan complain ke kamu”
Si
Dul terhenyak. Matanya menerawang. Tiba-tiba sosok teman-temannya muncul satu
persatu. Tak satupun temannya yang pernah komplain tentang kondisi bau
nafasnya. Wati yang paling polos di kantor malah malah pernah memuji Dul saat
mencucikan piring makannya, saat itu Wati bilang: “ Wah…. Dul, kamu cakep deh,
apalagi senyummu mani…s sekali. Thanks ya, udah nyuci peralatan makanku”
Awalnya Dul benar-benar marah. Marah
sama teman-temannya, sama Bosnya, juga sama dirinya sendiri. Dul kini sadar,
bahwa selama ini teman-temannya tidak jujur. Tidak berani berterus terang yang
malah menjerumuskannya. Mereka khawatir kalau dibilang yang sebenarnya
teman-temannya khawatir Dul akan marah, ngambek lalu tdk mau ’cooperative’,
membuatkan mereka minum, mencucikan peralatan makan, dll.
Saya sendiri pernah punya pengalaman diserang oleh teman-teman di forum FB.
Pertama karena buat status ’jujur’, ke dua karena dengan ’jujur’ mengomentari
sebuah status, ha..ha....
Kejujuran dalam Kisah Mahabharata:
Dalam epos ini banyak hal yang bisa
kita petik, seprtinya apa yang terjadi pada masa sekarang sudah tergambar pada
zaman ini. Berkaitan dengan kejujuran, ada hal yang sangat menarik perhatian
saya, bukankah karena kejujuran para Pandawa & Ketidakjujuran KORAWA telah
menyebabkan hilangnya kerajaan Pandawa? (HASTINA PURA). Sementara karena
’keterpaksaan’ Yudistira untuk bicara tidak jujur terhadap gurunya Rsi Drona, mengakibatkan
Pandawa menang perang Bharata Yuda.
Orang pintar banyak, Orang jujur
langka, demikian saya sering dengar.
Pada zaman Mahabharata rationya
5: 100. Analoginya, kejujuran Pandawa diwakili oleh 5 orang yang harus
berseberangan dengan 100 orang Korawa.
Kalau sekarang mungkin 5 : 500 ya
wkwkwkw....
Walaupun demikian KEJUJURAN harus
selalu ditegakkan, walau
terkadang sangat menyakitkan. Keberanian mengungkapkan kejujuran, artinya
kita telah siap tidak disuka, dibenci, dikucilkan, mungkin dibunuh (wow....)
Ya sudahlah....
Selamat berkarya, Anda boleh tidak
menyukai tulisan ini !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar