Kamis, 27 Juni 2013

JUJUR

Ketika ikut (bukan ikut-ikutan) buka akun di  Facebook, saya sedikit tercenung ketika sampai dalam tahap menulis ’moto hidup’. Tanpa berlama-lama saya ketik saja ’belajar hidup lebih jujur’, padahal  dalam menjalani hidup ini saya lebih condong seperti falsafah air saja.  Lalu? Ya ’sutralah’ ! tdk perlu dibahas lagi.

Agar konsekuan terhadap moto hidup (yang sudah kadung diketik, walopun bisa disunting lagi) semua data ditulis dengan telanjamg. Coba liat nama saya: Ngurah Windara, iya itulah nama saya. Kalau di KTP ditulis Drs. A.A. Ngurah A. Windara. Sedangkan Drs, A.A dan A, tidak saya tulis karena itu ‘title yang saya dapatkan dari garis akademis dan garis kelahiran (nah…, jujur juga terkesan sombong kan?, saya tdk peduli !) Demikian juga alamat, pekerjaan, pendidikan, de el el, ditulis dengan apa adanya. Tapi mohon maaf no hape yang jumlahnya 5 (lima) nomor provider tdk saya tulis ha..ha...), itu khusus buat yang sudah kenal saja. Saya khawatir nanti terlalu banyak SMS yang nawarin hadiah mobil.

Nah, itu  tadi cuma prolog saja tentang KEJUJURAN. Catatan ini sengaja saya buat ikut meramaikan tentang ‘isu-isu’ kejujuran yang lagi rame dibicarakan di media: TV, Koran, Radio sampai medium online.  Contohnya ? Tuntutan  kejujuran oleh publik  pada ‘kasus besar’  seperti impor daging sapi yang melibatkan Luthi Hasan, Ahmad Fatanah sampai nyerempet  Menteri Pertanian. Itu yang nasional. Kalau yang lokal? Ada ! Masalah ‘ribut-ribut’ penyalahgunaan dana di PDAM Gianyar dengan tersangka para direkturnya, dan…sampai nyerempet  mantan Bupati Cok Ace.

Ada kisah lain tentang KEJUJURAN yang akan  saya ceriterakan kepada Anda.
Suatu pagi, saya bincang-bincang sama Bos saya di kantor bersama seorang karyawan lain yang bau nafasnya kurang sedap, karena bau rokok yang telah melewati ambang batas, menembus setiap sudut-sudut ruang dan telah mencemari segarnya taman di depan kantor kami (ini mah lebay ya…?)

“Dul….”, suara Si Bos tiba-tiba menghentak  beningnya pagi
“Iya Babe !”, tanggap Dul, seraya tergopoh-gopoh meninggalkan  pekerjaan  nyiram tanaman, menghampiri Bos.
“ Sekarang saya sudah siap kalau kamu tidak suka sama saya, karena saya ingin menyampaikan kejujuran sama kamu”, lanjut Bos sambil memandangi Dul
“ Iya ..Babe”, wajah Dul keliatan bingung, mencoba-coba nebak arah pembicaraan Si Bos.
“Ketahuilah wahai Dul, saya begitu banyak terima komplain dari teman-temanmu, mereka komplain karena bau nafasmu yang tidak  sedap, mereka ngadu ke saya bukan complain ke kamu”

Si Dul terhenyak. Matanya menerawang. Tiba-tiba sosok teman-temannya muncul satu persatu. Tak satupun temannya yang pernah komplain tentang kondisi bau nafasnya. Wati yang paling polos di kantor malah malah pernah memuji Dul saat mencucikan piring makannya, saat itu Wati bilang: “ Wah…. Dul, kamu cakep deh, apalagi senyummu mani…s sekali. Thanks ya, udah nyuci peralatan makanku”

Awalnya Dul benar-benar marah. Marah sama teman-temannya, sama Bosnya, juga sama dirinya sendiri. Dul kini sadar, bahwa selama ini teman-temannya tidak jujur. Tidak berani berterus terang yang malah menjerumuskannya. Mereka khawatir kalau dibilang yang sebenarnya teman-temannya khawatir Dul akan marah, ngambek lalu tdk mau ’cooperative’, membuatkan mereka minum, mencucikan peralatan makan, dll.

Saya sendiri pernah punya pengalaman  diserang oleh teman-teman di forum FB. Pertama karena buat status ’jujur’, ke dua karena dengan ’jujur’ mengomentari sebuah status, ha..ha....

Kejujuran dalam Kisah Mahabharata:
Dalam epos ini banyak hal yang bisa kita petik, seprtinya apa yang terjadi pada masa sekarang sudah tergambar pada zaman ini. Berkaitan dengan kejujuran, ada hal yang sangat menarik perhatian saya, bukankah karena kejujuran para Pandawa & Ketidakjujuran KORAWA telah menyebabkan hilangnya kerajaan Pandawa? (HASTINA PURA). Sementara karena ’keterpaksaan’ Yudistira untuk bicara tidak jujur  terhadap gurunya Rsi Drona, mengakibatkan Pandawa menang perang Bharata Yuda.

Orang pintar banyak, Orang jujur langka, demikian saya sering dengar.  Pada zaman Mahabharata  rationya 5: 100. Analoginya, kejujuran Pandawa diwakili oleh 5 orang yang harus berseberangan dengan 100 orang Korawa.

Kalau sekarang mungkin 5 : 500 ya wkwkwkw....

Walaupun demikian KEJUJURAN harus selalu ditegakkan, walau terkadang sangat menyakitkan. Keberanian mengungkapkan kejujuran, artinya kita telah siap tidak disuka, dibenci, dikucilkan, mungkin dibunuh (wow....)

Ya sudahlah....

Selamat berkarya, Anda boleh tidak menyukai tulisan ini !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar